
Strategi Komunikasi Asertif dalam Mengajar
Pendahuluan
Profesi guru menuntut kemampuan komunikasi yang mumpuni. Kemampuan berkomunikasi secara efektif, khususnya dengan pendekatan asertif, sangat krusial dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif, produktif, dan menghormati semua pihak. Komunikasi asertif memungkinkan guru untuk menyampaikan pesan dengan jelas, tegas, dan hormat, tanpa merendahkan diri atau orang lain. Artikel ini akan membahas strategi komunikasi asertif dalam konteks pembelajaran, mencakup berbagai teknik dan aplikasinya dalam situasi nyata di kelas.
I. Memahami Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif bukanlah tentang agresivitas atau pasifitas. Komunikasi agresif cenderung memaksakan kehendak dan menghina orang lain, sedangkan komunikasi pasif menghindari konflik dan mengorbankan kebutuhan diri sendiri. Komunikasi asertif merupakan keseimbangan antara keduanya. Ini adalah suatu cara berkomunikasi yang mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan jelas, tegas, dan hormat, tanpa menyinggung atau mengancam orang lain. Guru asertif mampu menyatakan batasan, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menangani konflik dengan cara yang efektif dan produktif.
II. Teknik Komunikasi Asertif dalam Mengajar
Beberapa teknik komunikasi asertif yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
A. "Pernyataan Aku" (I-Statement): Teknik ini berfokus pada mengungkapkan perasaan dan pengamatan pribadi tanpa menyalahkan orang lain. Contoh: "Saya merasa khawatir ketika beberapa siswa tidak mengerjakan tugas rumah," bukan "Kalian ini malas sekali, tidak pernah mengerjakan tugas!" Menggunakan "pernyataan aku" membantu siswa memahami perspektif guru tanpa merasa diserang atau dipermalukan.
B. Menggunakan Bahasa Tubuh yang Positif: Bahasa tubuh sangat penting dalam komunikasi asertif. Kontak mata yang baik, postur tubuh yang tegak, dan ekspresi wajah yang terbuka menunjukkan kepercayaan diri dan keseriusan. Hindari bahasa tubuh yang menunjukkan ketidakpastian, seperti menghindari kontak mata atau menggerakkan kaki dengan gelisah.
C. Mendengarkan Secara Aktif: Mendengarkan secara aktif melibatkan lebih dari sekedar mendengar kata-kata. Guru asertif memberikan perhatian penuh kepada siswa, menunjukkan empati, dan mencoba memahami perspektif mereka. Memberikan umpan balik dengan mengulangi atau merangkum apa yang dikatakan siswa menunjukkan bahwa guru benar-benar mendengarkan.
D. Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif: Umpan balik yang konstruktif berfokus pada perilaku, bukan pada orangnya. Guru asertif memberikan umpan balik yang spesifik, objektif, dan berfokus pada perbaikan. Contoh: "Saya melihat kamu kesulitan dalam mengerjakan soal nomor tiga. Apakah kamu ingin saya membantu menjelaskan konsepnya lagi?" bukan "Kamu bodoh sekali, tidak bisa mengerjakan soal sepele ini!"
E. Menyatakan Batasan dengan Jelas: Guru asertif mampu menyatakan batasan dengan jelas dan tegas tanpa menyinggung orang lain. Contoh: "Saya mengharapkan kalian untuk selalu mengerjakan tugas rumah dengan rapi dan tepat waktu." Menyatakan batasan dengan jelas membantu menciptakan lingkungan belajar yang terstruktur dan tertib.
F. Menguasai Teknik "Sandwich Feedback": Teknik ini memberikan umpan balik dengan struktur: pujian – saran perbaikan – pujian kembali. Contoh: "Saya sangat mengapresiasi usahamu dalam presentasi ini, terutama penjelasanmu tentang poin kedua yang sangat detail. Namun, alangkah baiknya jika kamu melatih presentasimu agar lebih percaya diri. Secara keseluruhan, presentasimu sudah bagus dan informatif!"
III. Menerapkan Komunikasi Asertif dalam Berbagai Situasi di Kelas
A. Menangani Siswa yang Nakal: Ketika menghadapi siswa yang nakal, guru asertif akan menyatakan perilaku yang tidak diinginkan dengan jelas dan tegas, serta menjelaskan konsekuensinya tanpa menyalahkan siswa secara pribadi. Contoh: "Saya melihat kamu mengganggu teman sekelasmu. Ini tidak diperbolehkan, dan konsekuensinya adalah kamu akan mendapatkan peringatan."
B. Memberikan Umpan Balik terhadap Tugas Siswa: Guru asertif memberikan umpan balik yang konstruktif dan spesifik, berfokus pada perbaikan dan bukan pada penilaian secara umum. Guru juga menunjukkan apresiasi terhadap usaha siswa, meskipun hasilnya belum sempurna.
C. Menghadapi Orang Tua yang Protes: Ketika menghadapi orang tua yang protes, guru asertif mendengarkan keluhan orang tua dengan baik, menjelaskan situasi dengan jelas dan objektif, dan mencari solusi bersama. Guru juga menunjukkan empati dan memahami kecemasan orang tua.
D. Mengatur Suasana Kelas yang Ramai: Guru asertif akan dengan tenang dan tegas meminta siswa untuk tenang, menjelaskan pentingnya konsentrasi untuk pembelajaran, tanpa berteriak atau menggunakan nada suara yang mengancam. Dia dapat menggunakan teknik nonverbal seperti jeda, kontak mata, dan isyarat tangan untuk menenangkan kelas.
E. Menolak Permintaan yang Tidak Masuk Akal: Guru asertif mampu menolak permintaan siswa atau orang tua yang tidak masuk akal dengan sopan tetapi tegas, sambil tetap menjelaskan alasan penolakan tersebut.
IV. Tantangan dan Strategi Mengatasi Tantangan
Menerapkan komunikasi asertif tidak selalu mudah. Guru mungkin menghadapi beberapa tantangan, seperti:
-
Ketakutan akan konflik: Beberapa guru menghindari konflik karena takut akan konfrontasi. Strategi untuk mengatasi ini adalah dengan melatih kemampuan menangani konflik dengan cara yang konstruktif dan asertif.
-
Tekanan dari lingkungan kerja: Tekanan dari kepala sekolah atau kolega dapat mempengaruhi kemampuan guru untuk berkomunikasi secara asertif. Strategi untuk mengatasi ini adalah dengan memperkuat kepercayaan diri dan menetapkan batasan dengan jelas.
-
Kurangnya dukungan: Kurangnya dukungan dari sekolah atau kolega dapat membuat guru merasa terisolasi dan sulit untuk menerapkan komunikasi asertif. Strategi untuk mengatasi ini adalah dengan membangun jaringan dukungan dengan guru lain atau mencari bimbingan dari supervisor.
Kesimpulan
Komunikasi asertif merupakan kunci keberhasilan dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif. Dengan menguasai teknik-teknik komunikasi asertif dan menerapkannya dengan konsisten, guru dapat membangun hubungan yang baik dengan siswa, orang tua, dan kolega, serta menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Penting untuk diingat bahwa komunikasi asertif adalah suatu proses yang berkelanjutan yang memerlukan latihan dan kesabaran. Semakin sering dipraktekkan, maka akan semakin mahir guru dalam menerapkannya dalam berbagai situasi di kelas.